Kegiatan Pramuka Kemah Budaya ini diikuti oleh siswa-siswi dari SDN Kesamben 1, SDN Kesamben 2 dan MI Darussalam Kesamben Ngoro Jombang dengan tema "Ceria Edukasi Mandiri Menuju Jombang Berliterasi".
"Kemah budaya ini hanya diikuti oleh para peserta dari Sekolah Dasar yang ada di Desa Kesamben. Hal ini dilakukan sebagai pemantik untuk anak-anak agar mereka dapat mengetahui bahwa di desanya ini terdapat situs peninggalan bersejarah yang harus dijaga kelestariannya" ucap Syarif Hidayatullah ketua P3SB.
Dalam sambutannya Sugiat PJ Bupati Jombang mengatakan bahwa perlu adanya sebuah edukasi dan kesadaran yang dimulai sejak dini untuk menjaga, melestarikan dan juga mempelajari kebudayaan nenek moyang kita dengan peradaban yang sudah maju. Materi-materi budaya ini sangat penting sekali untuk diajarkan kepada anak-anak kita agar mereka memahami tentang peradaban, pluralisme dan juga kekayaan budaya
"Indonesia memiliki kebudayaan yang bervariatif yang harus dikembangkan dan dijaga kelestariannya, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah dan budayanya sendiri agar tidak dilemahkan oleh bangsa asing, karena budaya merupakan identitas sebuah bangsa yang bermartabat" ujar PJ Bupati Jombang
Pada acara Kemah Budaya ini terdapat beberapa materi yang akan disampaikan kepada para peserta, di antaranya yaitu membahas tentang kepramukaan yang dimulai dari adat istiadat dan seni macapat yang disampaikan oleh pemateri Ki Tuin, pengenalan wayang dan pementasan wayang disampaikan oleh Ki Dalang Minto Asmoro, pengenalan benda cagar budaya disampaikan oleh Dewangga Mega, dan yang terakhir cara menulis sejarah melalui tulisan dan melukiskan sejarah melalui sketsa gambar yang disampaikan oleh Agus Subandriyo
Ketua Artefak Nusantara Dewangga Mega mengatakan bahwa perlunya mempelajari sejarah untuk dapat diaplikasikan di masa sekarang atau masa mendatang, kebesaran Sejarah Nusantara tercatat dalam Prasasti yang tidak hanya tentang pemberian Tanah Sima dan Tanah Perdikan saja, namun juga mencatat tentang aneka masakan, hukum dan undang-undang seperti yang tertulis di Prasasti Bendosari era Majapahit. Aturan perpajakan yang tertulis di Prasasti Luitan era Raja Balitung pada tahun 823 Saka.
"Pengenalan tentang sejarah ini sangat perlu dilakukan agar tidak terjadi pengaburan sejarah terutama dalam teknis pembuatan Candi yang dapat dibuat hanya dengan waktu semalam. Hal ini bertolak belakang, karena dalam pembuatan candi harus dengan melakukan ritual berdoa, menentukan tema, arah mata angin dan juga konstruksi bangunan yang dikerjakan oleh Staphaka dan Staphati bersama para ahli pemahat dan pengukir. Jadi perlunya memperkenalkan teknis pembuatan Candi kepada anak-anak Sekolah Dasar ini, secara tidak langsung mereka belajar Matematika dan Seni di Sekolah agar bisa membuat sebuah bangunan yang megah, terukur, bertema dan terstruktur", imbuhnya
(Red/Mardi)
Posting Komentar